Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Anak Muda Jangan Hanya Membanggakan Keturunan

Belakangan sikap membanggakan nasab/keturunan mencuat kembali, adalah calon bupati di Indramayu Jawa Barat yang viral setelah ucapannya tengah disorot publik setelah video yang menunjukkan ia sedang marah-marah dan mengaku sebagai anak mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Da’i Bachtiar, beredar di media sosial.  ia tampak marah-marah lantaran diduga dicegat oleh simpatisan dari Paslon lainnya.

Kejadian ini sebetulnya bukan kali pertama terjadi. Cukup banyak anak pejabat menunjukan sikap arogansi ataupun sikap menyimpang lainnya. Data mengenai sikap arogansi ataupun lainya memang secara khusus belum ditemukan. Tetapi masyarakat sudah kadung memahami bahwa hampir-hampir anak pejabat sikapnya sudah seperti itu

Sikap membanggakan keturunan ataupun membanggakan orang yang dianggap penting seringkali kita melihatnya dalam realitas kehidupan. Sebab musababnya tentu beragam, ada yang merasa terlindungi ketika menyebutnya, ada yang merasa ingin tenar,  atau sekedar gagah-gagahan, merasa memiliki kemampuan lebih, merasa ada bekingan hingga ingin terkenal jika ia memiliki kedekatan dengan pejabat, dan lain sebagainya

Dalam film Warkop DKI yang diperankan Sanwani (Kasino cs) sempat menyitir sikap anak pejabat ini, katanya, "orang kaya memang begitu, tengil. kayak duit bapaknya halal aja". Film yang berjudul gengsi dong tersebut menyinggung kelakuan anak orang kaya/pejabat yang sikapnya tidak mengenakan terhadap sesama.

Semestinya mendapatkan previlage anak orang kaya ataupun anak pejabat tidak berbuat semaunya sendiri tetapi justru mengedepankan sikap yang lemah lembut atau bahkan bisa menyembunyikan identitas orang tua ataupun kerabat yang menjadi pejabat. Karena sekali lagi sebagai anak muda tentu akan berada dalam bayang-bayang orang tua. Ketika berada dalam dibelakang identitas tersebut tentu akan sulit untuk bersikap obyektif dan independen, semuanya tergantung orang tua

Padahal pesan dari Sayyidina Ali secara tegas mengatakan, 


لَيْسَ الْفَتىَ مَنْ يَقُوْلُ كَانَ أَِبيْ، وَلـٰكِنَّ الْفَتىَ مَنْ يَقُوْلُ هٰـأَنَاذَا

"Sesungguhnya pemuda itu ialah yang berani berkata inilah diriku, dan bukanlah pemuda itu yang berkata inilah ayahku"

Agus Supatma



Dari hal tersebut kita dapat mengambil pelajaran ukuran mulia dan hina seorang pemuda bukan ditentukan oleh ayah, kerabat, ataupun keturunannya. Ukuran kesuksesan pemuda bukan dilihat keberhasilan ayahnya dalam mengelola suatu hal. Melainkan ukuran kesuksesan adalah ketekunan dan semangat yang tinggi.

Tanpa dilandasi semangat dan dorongan yang sungguh-sungguh, maka pemuda tidak akan mendapat apa yang dicita-citakan. Seorang pemuda hendaknya mengobarkan api semangat dalam meraih sesuatu hal yang positif tanpa berpangku tangan dan bertumpu pada kebesaran nama orang tuanya.

Pada dasarnya bangga terhadap orang tua atau kerabat yang memiliki jabatan penting bukan tidak boleh selama bisa bersikap  proporsional. Kita memang bisa meneladani bagaimana orang tua kita ataupun keluarga kita bisa sukses, tetapi lebih jauh dari itu seorang pemuda harus bisa mandiri tanpa ada cawe-cawe terlalu banyak dari orang tua, agar kedepannya bisa menggapai apa yang telah dicita-citakan. Sehingga kita bisa membanggakan hasil jerih payah kita dan menceritakannya kepada anak cucu kita

Post a Comment for " Anak Muda Jangan Hanya Membanggakan Keturunan"