Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Trendsetter Manajemen Masjid di Ponorogo


Masjid Baitul Muhlisin : Trendsetter Manajemen Masjid di Ponorogo

Dalam momentum peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke 79 ini, kami menyelenggarakan upacara kemerdekaan bersama Ustadz Zainul (Bendahara PWM Jatim), Pak Agus Edi (BP Lazismu Jatim), Mitra dan Relawan di Bankziska. Sekitar 122 peserta yang hadir tadi pagi.

Selepas kegiatan tersebut, kami menikmati sarapan gratis yang disediakan mitra sebagai bentuk acara ramah tamahnya. Selepasnya, kami menjenguk Pak Budi, beliau adalah Relawan Bankziska yang saat ini sedang berbaring sakit di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. 

Siang harinya, kami sempatkan sholat di masjid sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Qodarullah, Masjid Baitul Muhlisin yang menjadi tempat dimana kami melaksanakan sholat dhuhur berjama'ah. 

Usai sholat, kami berkesempatan bertemu dengan Pak Wardi, beliau adalah Ketua Takmir masjid.

Lalu, kami mulai berbincang-bincang.

Setelah mendengarkan cerita, menurut saya,

dikepemimpinannya saat ini, masjid terasa seperti sedang berproses menjadi tempat yang cukup keren. Kurang lebih selama setahun manajemen masjid terus berbenah, salah satunya dalam pelayanan jama'ahnya.

Pertama kali masuk masjid, saya merasa seperti di Masjid Raya Al Falah, Sragen. Masuk dari sisi kiri (utara), di ujung timur masjid terlihat ibu-ibu relawan masjid sedang memasak, menyiapkan makanan pengajian Sabtu malam.

Dalam rangka memakmurkan masjid, pengurus mempunyai banyak program kegiatan, seperti, senam, cek kesehatan, pengajian rutin, toko, potong rambut gratis, pasar UMKM dan masih banyak program-program menarik lainnya. 

Sajian Makanan buat jama'ahnya juga tidak "kaleng-kaleng", kalau bahasa kerennya excellent. Berasnya premium, bahan dapurnya dipilihkan yang terbaik dan juru masaknya dari kalangan profesional. Tidak kurang dari 400 porsi yang disediakan untuk setiap jum'atan. 

Rata-rata saldo kotak infak saat jum'atan mencapai enam juta dan bila saat bulan ramadhan bisa hingga 250 juta, hal ini bisa kami anggap cukup pesat perkembangannya bila dibandingkan pencapaian saldo tahun sebelumnya yakni dikisaran 50 juta. 

Di Masjid Al Falah, Sragen sendiri untuk saldo kotak infak jum'atan bisa mencapai 30 juta dan di bulan ramadhan mampu mencapai 600 juta. 

Masjid Baitul Muhlisin maupun Al Falah ternyata juga memiliki visi yang sama. Mengenolkan kotak infaknya untuk kesejahteraan masjid. Melayani jama'ah masjid dengan prima. 

Soal mengenolkan saldo infak masjid. Saya teringat Pak Kusnadi, Ketua Takmir Masjid Al Falah, Sragen saat pertama kali berkunjung ke Bankziska tahun 2021 yang lalu. Saat itu, saya paparkan apa itu Bankziska. Dia sangat tertarik, spontan dia bertanya ke bendahara Masjid yang sedang duduk bersama kami waktu itu, "Kita ada dana berapa, segera langsung dirikan Bankziska" katanya". "Dananya ngga ada tadz sudah habis", imbuh bendahara sambil tersenyum. 

Saat ini Jama'ah Baitul Muhlisin berjumlah sekitar 400 orang. Mereka sangat nyaman berada di masjid. Bagian dalam masjid ber AC, membuat mereka merasa nyaman selama berada di dalamnya. Serambinya pun juga cukup luas.

Pak Wardi mengatakan ada empat konsep dalam manajemennya, "Motto saya dalam mengurus masjid itu adalah Ramah, Segera, Tuntas dan Ikhlas", tandasnya.

Masih menurutnya, dalam implementasinya dia mencontohkan bila ada atap masjid yang bocor, dalam dua jam sudah terselesaikan.

Kami berdiskusi selama satu jam lebih. Tanpa direncanakan tapi sangat menyenangkan. Diujungnya dia juga ingin bankziska didirikan di Baitul Muhlisin, tetap apa yang sebelumnya pernah diharapkan oleh Pak Kusnadi.

Soal pendirian Bankziska di masjid, saya juga teringat cerita Pak Andik, beliau adalah seorang manajer Bankziska di Kabupaten Bojonegoro.

Saat takmir Masjid At Taqwa Bojonegoro mengikuti Akademi Marbot Muhammadiyah di Al Falah, oleh-olehnya langsung meminta Bankziska Didirikan di At Taqwa.

Pak Andik diminta untuk memboyong kantor Bankziska ke masjid At Taqwa. Masjid yang super keren dengan bangunan tujuh lantai. 

Waktu sudah pukul dua siang, sebelum undur diri, seperti biasa, jangan lupa saya sempatkan foto bersama. Sungguh, hari ini rasanya penuh berkah. Bersyukur atas kebahagiaan, bersyukur bisa bersilaturahim dengan para UMKM sekaligus hadir di masjid yang penuh berkah. 

Semoga Allah Ta'ala memberkahi hidup kita bersama, amiin (A3)


Faruq Ahmad F, Pengurus Harian Majelis Ekonomi PDM Ponorogo, Direktur Operasional Bankziska Lazismu Jatim, Ketua PCPM Jetis

Post a Comment for "Trendsetter Manajemen Masjid di Ponorogo"