Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Filosofi Hijrah

 

Acir El-Delizen
Acir El-Delizen

Hijrah sering kali dibicarakan ketika seseorang ingin melakukan perubahan, baik berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mengubah kebiasaan, atau bahkan memperbaiki kondisi mental. Namun, perlu dipahami bahwa hijrah bukan hanya sekadar berpindah secara fisik atau mental. Hijrah adalah langkah besar yang memerlukan pertimbangan matang.

Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu pertama di Makkah. Beliau berdakwah selama bertahun-tahun di sana, sering kali secara sembunyi-sembunyi, hingga melahirkan 10 kader terbaik yang dikenal sebagai ashabiqunal awwaluun. Kader-kader ini memiliki keahlian yang beragam, mulai dari ekonomi, administrasi, kepemimpinan, hingga strategi.

Namun, dakwah yang dilakukan di Makkah tidak membawa perubahan besar. Penduduk Makkah tetap teguh pada kepercayaan nenek moyang mereka dan bahkan memusuhi ajaran Rasulullah SAW. Menghadapi tekanan ini, Rasulullah memutuskan untuk hijrah ke Yatsrib.

Di Yatsrib, Rasulullah memiliki keluarga dari pihak ibu, dan penduduknya yang dikenal sebagai ahli kitab yang taat dan inklusif sudah menantikan kedatangan beliau untuk mendakwahkan Islam. Setelah Rasulullah berhijrah, istri beliau (Khadijah) dan para sahabatnya pun menyusul. Di Yatsrib, dakwah Islam mulai dilakukan secara terang-terangan, dan perlahan penduduknya memeluk Islam dengan kesadaran penuh, tanpa paksaan.

Dari sinilah tumbuh kesadaran saleh dalam kehidupan penduduk Yatsrib, dan akhirnya, kota ini dikenal dengan nama Madinah Al-Munawwarah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa hijrah ini:

1. Jika mengalami kesulitan dalam suatu usaha, mungkin berhijrah bisa menjadi solusi untuk menemukan tempat yang lebih mendukung.

2. Rasulullah berhijrah bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk membangun peradaban Islam yang lebih luas.

3. Keberhasilan suatu usaha sangat bergantung pada penerimaan dan pengaruh yang diberikan.

4. Hijrah adalah langkah strategis, bukan sekadar pindah tempat.

5. Jika ingin berkembang, berkaryalah di tempat yang baru, kemudian pulang dengan pengalaman dan ilmu yang lebih kaya.

Post a Comment for "Filosofi Hijrah"